WASPADA DEMAM BERDARAH DENGUE

Memasuki musim hujan, Indonesia mengalami peningkatan drastis penderita demam berdarah dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, DBD dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan hampir setiap tahun menyebabkan epidemi pada musim hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain adanya semua serotipe virus dengue di Indonesia, iklim tropis yang mendukung kehidupan virus dan vektor nyamuk, masih adanya air bersih yang tertampung sebagai media pertumbuhan larva nyamuk Aedes aegypti serta peningkatan curah hujan.

Gejala

DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak. Secara teoritis, Seseorang anak dapat mengalami infeksi dengue lebih dari satu kali, karena virus dengue mempunyai empat serotipe. Pada anak, respons imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna sehingga hasil akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan plasma darah. Manifestasi klinis DBD sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. Banyak faktor yang mempengaruhi berat-ringannya manifestasi infeksi dengue, antara lain faktor usia, status gizi, serotipe virus, serta adanya komorbiditas penyakit lain. Hal yang berbahaya dari DBD adalah perdarahan yang berat dan renjatan (kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke jaringan tubuh).

Orang tua disarankan membawa anaknya berobat ke fasilitas kesehatan jika anak mengalami hal berikut:

  • Demam berlangsung lebih dari 3 hari, tidak turun setelah pemberian obat penurun panas
  • Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan penekanan
  • Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung atau tempat lain yang tidak biasa
  • Demam yang disertai penurunan kadar trombosit, penurunan kadar leukosit, dan peningkatan hematokrit
  • Terdapat penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah
  • Anak cenderung tidur dan sulit dibangunkan, meracau, ujung – ujung jari teraba dingin saat bebas demam (kemungkinan anak mengalami renjatan)
  • Demam yang disertai dengan tanda bahaya DBD seperti muntah-muntah yang sering, sakit perut hebat atau buang air kecil yang berkurang atau tidak ada dalam 4-6 jam terakhir

Pada penderita DBD diperlukan pemantauan atau observasi terus-menerus, terutama pada fase kritis (hari bebas demam). Pada beberapa penderita yang dirawat, tujuan perawatan adalah untuk menjamin observasi dan menjaga volume cairan pembuluh darah yang memadai.

Anak sebaiknya segera dibawa berobat jika mengalami hal tersebut, untuk mencegah anak jatuh dalam kondisi yang lebih berat. Jika anak telah mengalami renjatan, maka pasokan oksigen ke berbagai jaringan tubuh berkurang dan menyebabkan kerusakan organ. Pada kondisi ini penyakit akan lebih sulit ditangani.

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah pada anak dengan demam sebaiknya dilakukan paling tidak pada hari  ke-3 sampai ke-4 sejak timbul demam. Pemeriksaan yang disarankan adalah hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan hitung jenis. Antibodi terhadap dengue dapat diperiksa dengan NS1 (hari sakit ke 1 – 2) atau IgM Dengue (sejak hari sakit ke 5). Kadar trombosit yang rendah (trombositopenia) tidak selalu berarti DBD, apalagi bila kadarnya belum di bawah 100.000 /uL. Penyakit infeksi virus lain yang tidak spesifik, penyakit idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), sepsis, dan infeksi jamur juga menyebabkan trombositopenia.

Pemberian Cairan

Sebelum dibawa berobat, anak dapat diberikan cairan rumah tangga sebanyak yang anak mampu. Cairan yang dianjurkan untuk penderita DBD adalah cairan yang mengandung mineral (cairan isotonik kaleng, air putih dengan garam dan gula, atau oralit). Pemberian jus jambu, angkak, atau kurma untuk penderita DBD belum terbukti bermanfaat secara ilmiah dan belum bisa dijadikan pedoman. Tidak ada larangan untuk memberikan cairan tersebut kepada penderita DBD. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada anak yang sedang sakit, pemberian minum yang bercitarasa tajam dapat memancing muntah. Muntah yang berlebihan dapat memperburuk kondisi anak.

Pencegahan

DBD dapat dicegah dengan penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti-nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik nyamuk di bak mandi, penyemprotan cairan insektisida (fogging), dan gerakan 3 M (mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras bak air).

Fogging yang efektif merupakan salah satu cara menurunkan populasi nyamuk. Namun, perlu diperhatikan dosis insektisida yang digunakan, perhitungan arah angin, dan perhitungan radius daerah cakupan.  Fogging sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00. Bila dilakukan pada siang hari, nyamuk sedang tidak beraktivitas dan asap fogging mudah menguap karena udara siang yang panas. Fogging sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan hujan.

Saat ini, vaksin DBD saat ini sudah tersedia dan dalam waktu dekat akan diedarkan di Indonesia. Pemberian vaksin tidak lantas mengurangi upaya pencegahan DBD yang ada, dan dilakukan bersama-sama. Dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya infeksi DBD, keikutsertaan masyarakat dalam usaha pencegahan, dan adanya vaksin, maka diharapkan angka kesakitan dan kematian anak akibat DBD di Indonesia dapat diturunkan.

Penulis: Dr. Natharina Yolanda

Sumber: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/waspada-demam-berdarah-dengue

× Customer Service