Rumah Sakit Aisyiyah Boyolali

Alur Pendaftaran Rawat Jalan

RS PKU Aisyiyah Boyolali merupakan rumah sakit yang sudah menggunakan kecanggihan teknologi informasi dan digital, mulai dari kegiatan Manajemen, Medis, dan Klinis. Pada 10 Mei 2019 di luncurkan sistem baru guna membantu / mempermudah pasien dalam hal mendaftar, dan lebih mengefisienkan waktu dan pekerjaan. sistem tersebut adalah Sistem Pendaftaran Mandiri Online Rawat jalan,   dengan sistem ini pasien atau calon pasien dapat mendaftarkan diri secara mandiri dari manapun, Langkah pertama, pendaftaran online di lakukan pada H-1 sebelum pasien datang ke rumahsakit pasien atau calon pasien membuka halaman website Klik Disini  atau bisa dengan mendownload aplikasi berbasis android di Klik Disini Langkah kedua, ikuti seperti petunjuk yang ada di leaflet pendaftaran di atas Langkah ketiga,  Tunggu status pendaftaran anda di verifikasi oleh petugas,  cek secara berkala di menu CEK STATUS peroses verifikasi di lakukan setiap jam 15.00, 17.00, dan 21.00,  apabila pendaftaran belum di verifikasi, telfon ke 085 702 385 770 bagian pendaftaran Langkah ke empat Pasien atau calon pasien yang telah mendapatkan verifikasi pendaftaran, datang ke loket pendaftaran pada hari H dengan menunjukkan bukti pendaftaran yang telah di verifikasi oleh petugas dengan membawa syarat berobat Langkah ke lima Pasien mendapatkan Pelayanan Poliklinik   5 LANGKAH HEBAT RS PKU AISYIYAH BOYOLALI

Alur Pendaftaran Rawat Jalan Read More »

LAPORAN INDIKATOR MUTU KELAMATAN PASIEN RS AISYIYAH BOYOLALI TAHUN 2018

Pencapaian 12 Indikator Mutu Nasional Rs PKU Aisyiyah Boyolali tahun 2018 1. Kepatuhan identifikasi pasien Analisa : Hasil analisa Kepatuhan identifikasi pasien pada tahun 2018 didapat rata – rata 95,14%. Kepatuhan identifikasi Pasien hampir sesuai standar.  2. Emergency respon time (waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 5 menit ) Analisa : Hasil analisa Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 5 menit pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 4,81; . Waktu tanggap pelayanan gawat darurat pada tahun 2018 sesuai standar. 3. Waktu tunggu rawat jalan Analisa : Hasil analisa Waktu tunggu dokter pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 21,7’. Waktu tunggu dokter tersebut di nilai dengan menghitung jumlah berapa menit waktu tunggu sesuai standar dibagi jumlah seluruh dokter dalam satu bulan, kemudian hasil tersebut ditotal seluruh dokter dan dirata-rata. 4. Penundaan operasi elektif ( waktu tunggu operasi elektif ) Analisa : Hasil analisa waktu tunggu operasi elektif pada tahun 2018 di dapatkan rata – rata 0,41,  sehingga memenuhi standar. 5. Kepatuhan jam visite dokter spesialis ( 08.00 – 14.00 ) Analisa : Hasil analisa Kepatuhan jam visite dokter spesialis ( 08.00 – 14.00 ) pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 65%. Kepatuhan jam visite dokter spesialis ( 08.00 – 14.00 ) tersebut di nilai dengan menghitung jumlah hari jam visite sesuai standar dibagi jumlah hari visite dokter dalam satu bulan, kemudian hasil tersebut ditotal seluruh dokter dan dirata-rata. 6. Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium Analisa : Hasil analisa Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 99,33% , hamper sesuai standar. 7. Kepatuhan penggunaan formularium Nasional Analisa : Hasil analisa Kepatuhan penggunaan formularium Nasional pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 99,4%. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional hampir sesuai standar. 8. Kepatuhan Cuci tangan Analisa : Hasil analisa Kepatuhan cuci tangan pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 91%. Kepatuhan cuci tangan tahun 2018 hampir sesuai standar. 9. Kepatuhan terhadap clinical patways Analisa : Hasil analisa Kepatuhan terhadap clinical patways pada tahun 2018 didapatkan rata-rata 75%. Kepatuhan terhadap clinical patways belum memenuhi standar. 10. Kecepatan respon terhadap komplain Analisa : Hasil analisa kecepatan respon terhadap komplain pada tahun 2018 100%, memenuhi standar. 11. Kepuasan pasien dan keluarga di ruang rawat inap Analisa : Hasil analisa dari kepuasan pasien dan keluarga di ruang rawat inap tahun 2018 didapatkan rata – rata 73,77%. Kepuasan pasien dan keluarga di ruang rawat inap hampir sesuai standar. 12. Pencegahan cidera akibat pasien jatuh Analisa : Hasil analisa Pencegahan cidera akibat pasien jatuh pada tahun 2018 didapatkan rata – rata 97,86% , hampir sesuai standar.

LAPORAN INDIKATOR MUTU KELAMATAN PASIEN RS AISYIYAH BOYOLALI TAHUN 2018 Read More »

Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan gejala demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak.1,2 Demam adalah kenaikan suhu tubuh lebih dari 38oC rektal atau lebih 37,8oC aksila.3Pendapat para ahli, kejang demam terbanyak terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun.1 Berkisar 2%-5% anak di bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam.4,5 Lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun.6 Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan,7 insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.8 Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2%-5%. Di Asia prevalensi kejang  demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% – 9,9%.9,10 Bahkan di Guam insiden kejang demam mencapai 14%.11 Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak.9 Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.9,10,11 Faktor-faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu, faktor demam, usia, dan riwayat keluarga, dan riwayat prenatal (usia saat ibu hamil), riwayat perinatal (asfiksia, usia kehamilan, dan bayi berat lahir rendah). Artikel Selengkapnya bisa di download di bawah ini KDS untuk PKU (dr.ANI)

Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak Read More »

Kenali dan Cegah STROK

Stroke merupakan Serangan OTAK Stroke adalah penyebab kematian kedua di dunia dengan kematian lebih dari 5.1 juta. Angka kematian pada pria dan wanita relative sama, tetapi angka kematian di Negara-negara yang miskin dan sedang berkembang, jauh lebih besar dari pada angka kematian stroke di Negara-negara maju. Terjadinya Stroke Stroke terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang mengakibatkan gejala-gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam. Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua : Cerebral haemorrhage (stroke perdarahan), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Ischaemic stroke (stroke iskemik), yaitu stroke yang terjadi karena sumbatan pembuluh darah Dilihat dari gejalanya, stroke terbagi atas tiga : Stroke Sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam) Stroke Ringan (sembuh dalam beberapa minggu) Stroke Berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh total, bahkan dalam beberapa bulan atau tahun kemudian bisa mengakibatkan kematian)   Proses aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah GEJALA ATAU TANDA STROKE Baik stroke sementara, stroke ringan maupun berat, mempunyai gejala utama yang timbul mendadak, yaitu : Kelemahan dan kelumpuhan pada wajah, lengan, tungkai, terutama pada salah satu sisi tubuh Bicara sulit, cedal atau pelo Gangguan menelan Pusing atau sakit kepala tanpa tahu sebabnya Kehilangan keseimbangan, koordinasi dan kontrol tubuh (Vertigo) Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua mata Kehilangan kesadaran (koma) Gejala-gejala di atas tidak harus semua ada mungkin hanya salah satu dari gejala tersebut diatas, hal ini tergantung area di otak yang terkena gangguan.   Tindakan dan Pencegahan Meskipun hanya terserang stroke sementara, Sangat dianjurkan untuk cepat-cepat membawanya ke rumah sakit atau dokter terdekat. Di samping tergantung derajat stroke, penanganan dari dokter atau pihak rumah sakit terhadap pasien stroke akan sangat menentukan kesembuhan dari stroke.   Seseorang yang pernah mengalami stroke atau stroke ringan, bisa saja mendapatkan serangan stroke ulangan.   Bahkan Risiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dari lima pasien akan mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring dengan canggihnya pengobatan stroke, saat ini risiko berulangnya stroke bisa dikurangi.   Obat-obat anti pembekuan darah juga dapat mengurangi risiko stroke pada orang yang pernah mengalami stroke atau TIA karena gangguan irama jantung. Namun, hanya sebagain kecil pula yang menerimanya. LANGKAH PENCEGAHAN Langkah-langkah pencegahan di bawah ini mungkin bisa menentramkan hidup anda : Rutin memeriksa tekanan darah Tingkat tekanan darah (tensi) adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Tekanan darah yang harus diwaspadai adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka terbawah di atas 85. Tinggi rendahnya tensi dapat dipengaruhi : aktifitas, pikiran, makanan, juga usia 2.Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation) Detak jantung yang tidak wajar menunjukkan ada perubahan fungsi jantung yang mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak jantung ini mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran darah, yang mengakibatkan stroke. 3.Berhenti Merokok dan hindari mengkonsumsi Alkohol Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Dan sama seperti rokok, alkohol meningkatkan risiko stroke dan penyakit lain seperti liver. 4.Periksa Kadar Kolesterol dalam Tubuh Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika kolesterol sudah tinggi, segeralah menurunkannya dengan memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam tubuh tidak berlebih sebaiknya asupan lemak jenuh diganti dengan asupan asam lemak tak jenuh seperti Omega 3, Omega 6 dan Omega 9. Menurunkan kolesterol dapat dilakukan dengan olah raga yang teratur. 5.Kontrol Kadar Gula Darah Diabetes juga meningkatkan risiko stroke, kadar gula tinggi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Jika Anda penderita diabetes, konsultasikan dengan dokter. 6.Olahraga teratur Jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda, badminton atau tenis. Pilih olahraga yang memang anda sukai dan lakukan senang hati dan teratur tiga kali seminggu. 7.Konsumsi garam rendah Natrium dan diet lemak Kurangi konsumsi garam bersodium (natrium) tinggi, mengurangi risiko tekanan darah tinggi yang mengakibatkan stroke. Selain itu, konsumsi buah,, sayuran dan gandum sangat bermanfaat mencegah stroke. 8.Waspadai Gangguan Sirkulasi Darah Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dari jantung ke otak. Ketika ada tumpukan lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. FAKTOR – FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KESEMBUHAN / KEBERHASILAN REHABILITASI Penyebab Stroke, stroke perdarahan mempunyai potensi kematian lebih besar Berat ringannya stroke, stroke dengan sumbatan yang lebih luas terjadinya kecacatan lebih sering Lokasi jaringan otak yang terkena Usia, semakin lanjut usia semakin kecil proses perbaikan Motivasi pribadi untuk sembuh, peran keluarga dan lingkungan sangat membantu dalam memberikan dorongan dan semangat Adanya penyakit yang mendasari, misalnya penderita dengan kencing manis, penyakit jantung, hipertensi atau riwayat kejang Riwayat adanya keluarga dengan penyakit stroke Penanganan yang lebih awal atau lama waktu mulai serangan stroke sampai mendapat pengobatan, lebih cepat lebih baik Lebih banyak Dzikir dan Istighfar serta meningkatkan amal ibadah Melakukan aktifitas yang memacu kerja otak, seperti membaca, menghafal, menulis, menggambar, bercerita, dan senam otak MANFAAT FISIOTERAPI / REHABILITASI Mencegah kontraktur anggota gerak Mencegah ulkus dekubitus atau borok karena berbaring lama Mencegah komplikasi paru-paru merangsang gerakan otot dan memperlancar aliran darah Memacu aktifitas otak Mengurangi depresi Meningkatkan kemampuan bersosialisai dan hidup mandiri

Kenali dan Cegah STROK Read More »

WASPADA DEMAM BERDARAH DENGUE

Memasuki musim hujan, Indonesia mengalami peningkatan drastis penderita demam berdarah dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, DBD dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan hampir setiap tahun menyebabkan epidemi pada musim hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain adanya semua serotipe virus dengue di Indonesia, iklim tropis yang mendukung kehidupan virus dan vektor nyamuk, masih adanya air bersih yang tertampung sebagai media pertumbuhan larva nyamuk Aedes aegypti serta peningkatan curah hujan. Gejala DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak. Secara teoritis, Seseorang anak dapat mengalami infeksi dengue lebih dari satu kali, karena virus dengue mempunyai empat serotipe. Pada anak, respons imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna sehingga hasil akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan plasma darah. Manifestasi klinis DBD sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. Banyak faktor yang mempengaruhi berat-ringannya manifestasi infeksi dengue, antara lain faktor usia, status gizi, serotipe virus, serta adanya komorbiditas penyakit lain. Hal yang berbahaya dari DBD adalah perdarahan yang berat dan renjatan (kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke jaringan tubuh). Orang tua disarankan membawa anaknya berobat ke fasilitas kesehatan jika anak mengalami hal berikut: Demam berlangsung lebih dari 3 hari, tidak turun setelah pemberian obat penurun panas Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan penekanan Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung atau tempat lain yang tidak biasa Demam yang disertai penurunan kadar trombosit, penurunan kadar leukosit, dan peningkatan hematokrit Terdapat penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah Anak cenderung tidur dan sulit dibangunkan, meracau, ujung – ujung jari teraba dingin saat bebas demam (kemungkinan anak mengalami renjatan) Demam yang disertai dengan tanda bahaya DBD seperti muntah-muntah yang sering, sakit perut hebat atau buang air kecil yang berkurang atau tidak ada dalam 4-6 jam terakhir Pada penderita DBD diperlukan pemantauan atau observasi terus-menerus, terutama pada fase kritis (hari bebas demam). Pada beberapa penderita yang dirawat, tujuan perawatan adalah untuk menjamin observasi dan menjaga volume cairan pembuluh darah yang memadai. Anak sebaiknya segera dibawa berobat jika mengalami hal tersebut, untuk mencegah anak jatuh dalam kondisi yang lebih berat. Jika anak telah mengalami renjatan, maka pasokan oksigen ke berbagai jaringan tubuh berkurang dan menyebabkan kerusakan organ. Pada kondisi ini penyakit akan lebih sulit ditangani. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah pada anak dengan demam sebaiknya dilakukan paling tidak pada hari  ke-3 sampai ke-4 sejak timbul demam. Pemeriksaan yang disarankan adalah hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan hitung jenis. Antibodi terhadap dengue dapat diperiksa dengan NS1 (hari sakit ke 1 – 2) atau IgM Dengue (sejak hari sakit ke 5). Kadar trombosit yang rendah (trombositopenia) tidak selalu berarti DBD, apalagi bila kadarnya belum di bawah 100.000 /uL. Penyakit infeksi virus lain yang tidak spesifik, penyakit idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), sepsis, dan infeksi jamur juga menyebabkan trombositopenia. Pemberian Cairan Sebelum dibawa berobat, anak dapat diberikan cairan rumah tangga sebanyak yang anak mampu. Cairan yang dianjurkan untuk penderita DBD adalah cairan yang mengandung mineral (cairan isotonik kaleng, air putih dengan garam dan gula, atau oralit). Pemberian jus jambu, angkak, atau kurma untuk penderita DBD belum terbukti bermanfaat secara ilmiah dan belum bisa dijadikan pedoman. Tidak ada larangan untuk memberikan cairan tersebut kepada penderita DBD. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada anak yang sedang sakit, pemberian minum yang bercitarasa tajam dapat memancing muntah. Muntah yang berlebihan dapat memperburuk kondisi anak. Pencegahan DBD dapat dicegah dengan penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti-nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik nyamuk di bak mandi, penyemprotan cairan insektisida (fogging), dan gerakan 3 M (mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras bak air). Fogging yang efektif merupakan salah satu cara menurunkan populasi nyamuk. Namun, perlu diperhatikan dosis insektisida yang digunakan, perhitungan arah angin, dan perhitungan radius daerah cakupan.  Fogging sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00. Bila dilakukan pada siang hari, nyamuk sedang tidak beraktivitas dan asap fogging mudah menguap karena udara siang yang panas. Fogging sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan hujan. Saat ini, vaksin DBD saat ini sudah tersedia dan dalam waktu dekat akan diedarkan di Indonesia. Pemberian vaksin tidak lantas mengurangi upaya pencegahan DBD yang ada, dan dilakukan bersama-sama. Dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya infeksi DBD, keikutsertaan masyarakat dalam usaha pencegahan, dan adanya vaksin, maka diharapkan angka kesakitan dan kematian anak akibat DBD di Indonesia dapat diturunkan. Penulis: Dr. Natharina Yolanda Sumber: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/waspada-demam-berdarah-dengue

WASPADA DEMAM BERDARAH DENGUE Read More »

HUBUNGAN TUBERKULOSIS DAN ROKOK

HUBUNGAN TUBERKULOSIS DAN ROKOK Dr Reviono, dr.,SpP(K)   EPIDEMIOLOGI Indonesia pada peringkat kedua setelah India dalam menyumbang kasus tuberkulosis (TB) di dunia. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus baru yang muncul setiap tahunnya. Indonesia. WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 840.000 kasus baru dengan perkiraan 130.000 penderita baru infeksius, karena pada dahaknya didapatkan bakteri tahan asam (BTA). Demikian data dari Depkes yang diungkapkan di Jakarta, tahun 2004 lalu. The World Health Organization (WHO)menyampaikan lebih dari 4 juta kematian pertahun berhubungan dengan rokok. Hal ini menggambarkan bahwa diperkirakan akan terjadi peningkatan10 juta kematian pertahun pada tahun 2030, dengan 70% dari angka kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Merokok merupakan faktor risiko TB. Hubungan merokok dengan TB sudah diselidiki sejak tahun 1918. World Health Organization menyatakan konsumsi rokok menduduki peringkat empat dari sepuluh faktor risiko masalah kesehatan. Rokok sebagai faktor risiko TB meningkat secara substansial selama tiga dekade terakhir, terutama di negara berkembang. Prevalensi pertumbuhan merokok terbanyak pada wanita, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah seperti di Afrika dan Asia. Penelitian terbaru di India menyatakan TB menyebabkan kematian lebih dari dua kali lipat pada perokok dibanding bukan perokok. Suatu penelitian di RS Taksin Thailand menunjukkan bahwa perokok aktif mempunyai risiko tinggi menderita tuberkulosis 3 kali lipat dibanding bukan perokok. Umur mulai merokok antara 15 – 20 tahun, lama merokok > 10 tahun, merokok > 10 batang/hari atau > 3 hari/minggu merupakan risiko tinggi menderita TB. Demikian juga perokok pasif yang terpajan > 3 kali/minggu mempunyai risiko 3 kali lipat dibanding perokok pasif yang terpajan < 3 kali/minggu. Penelitian serupa juga dilaporkan di Tamil Nadu India yang memperlihatkan angka kematian medis pada perokok 2 kali lipat dibanding bukan perokok. Sepertiga kematian pada perokok terjadi pada penyakit respirasi dan terutama berhubungan dengan TB. Merokok terbukti meningkatkan insiden TB dan berhubungan dengan setengah kematian TB di India yang sebagian besar terjadi pada usia produktif. Penelitian yang dilakukan di Inggris menemukan hubungan antara merokok dan TB. Mereka berpendapat hubungan tersebut disebabkan peningkatan risiko TB laten menjadi aktif lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok. Data di Cina menemukan duapertiga pasien TB adalah perokok dan di India dari 1,85 juta kasus TB lebih dari setengahnya adalah perokok.Penelitian Wang di Cina juga menyatakan pajanan pasif dan aktif  asap rokok terbukti berhubungan dengan infeksi TB, perkembangan penyakit TB, dan prognosis TB. Penelitian yang dilakukan Wen di Taiwan menyatakan bahwa perokok memiliki angka kematian karena TB sangat tinggi yaitu sembilan kali lipat dibanding bukan perokok, tetapi begitu merekaberhenti risiko berkurang secara substansial dan mirip dengan mereka yang tidak pernah merokok. Risiko TB dapat dikurangi hampir dua pertiga jika berhenti merokok.9Kematian akibat TB di India berhubungan dengan kebiasaan merokok sekitar 20% sedangkan di Indonesia TB adalah salah satu penyebab utama kematian pada perokok. ASAP ROKOK Asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, CO, NO, HCN, NH4, acrolein, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, etilkatehol-4, ortokresol, perilen, dan lain-lain. Selain komponen gas, ada komponen padat atau partikel yang terdiri dari nikotin dan tar. Tar mengandung bahan karsinogen sedangkan nikotin merupakan bahan adiktif yang menimbulkan ketergantungan atau kecanduan. Kebiasaan merokok itu telah terbukti berhubungan dengan sekitar 25 jenis penyakit pada berbagai organ tubuh, antara lain kanker saluran pernafasan hingga paru, kandung kemih dan penyakit pembuluh darah Ketagihan merokok disebabkan oleh nikotin di dalam tembakau, yang memiliki sifat merangsang (lemah) terhadap SSP dan menyebabkan euforia serta menghilangkan perasaan mengantuk Secara umum rokok terbagi atas komponen gas atau asap dan komponen padat atau partikel. Komponen gas yaitu karbonmonoksida (CO), asetaldehid, aseton, metanol, nitric-oxide (NO), hidrogen sianida, akrolen, amoniak, benzen, formaldehid, nitrosamin, vinilklorida, dan oksidan. Komponen padat atau partikel terdiri atas nikotin dan tar.Komponen asap rokok seperti akrolein, asetaldehid, formaldehid, produk radikal bebas, dan NO menyebabkan perubahan struktur saluran napas berupa inflamasi peribronkial, fibrosis saluran napas, peningkatan permeabilitas mukosa, gangguan pengeluaran mukus, dan gangguan pada epitel saluran napas.Stres oksidatif berperan pada patogenesis tuberkulosis.Mycobacteriumtuberculosis memicu produksi ROS dengan mengaktivasi fagositosis.Perubahan ROS menyebabkan inflamasi, kerusakan jaringan, dan berperan dalam imunosupresi. Pasien TB mempunyai kapasitas antioksidan yang rendah dan stres oksidatif yang tinggi. Nikotin merupakan partikel padat yang sangat mudah diserap oleh selaput lendir mulut, hidung, dan jaringan paru.3 Satu batang rokok mengandung kurang lebih 8,4 mg nikotin. Ketika rokok terbakar, nikotin akan mengalami aeroliasi kedalam bentuk tar dan mencapai jumlah 1,6 mg/batang. Asap rokok yang terinhalasi dapat mencapai saluran napas kecil dan alveoli. Nikotin yang diabsorbsi dalam sirkulasi paru sekitar 82-92% dan akan segera terdistribusi ke otak dan jantung. Waktu distribusi sangat pendek yaitu 8 menit dan tereliminasi dalam waktu 2 jam.   HUBUNGAN MEROKOK DENGAN TUBERKULOSIS Hubungan merokokdengan risiko terinfeksi TB dan perkembangan penyakit setelah terinfeksipenyakit TBtelah dilaporkansecara substansial. Merokokpasif dan aktifterbukti berhubungandengan infeksiTBdan perkembangan penyakit TB. Risiko terkena TB pada perokok  meningkat secara signifikan sesuai dengan jumlah rokok/ hari dan lama merokok Merokok terbukti memperburuk klinis dan prognosis pasien tuberkulosis (TB) Perbandingan antara perokok dan bukan perokok : Kemungkinan lebih besar berkembang menjadi TB aktif Meningkatkan terjadinya uji tuberkulin positif Merasakan gejala respirasi (batuk, sesak napas) lebih berat Berisiko lesi radiologi berat (kavitas, milier) Kemungkinan TB relaps lebih besar Risiko kematian lebih tinggi Pada perokok pasif (anak) risiko terjadi TB lebih besar Merokokmempengaruhimanifestasiklinis TB. Gejala batuk, sesak napas dan gambaran radiologi yang lebih berat pada perokok dibanding bukan perokok. Kultur sputumpositiflebih cenderungditemukan pada perokok dibandingkan bukan Tuberkulosis pada perokok lebih menular daripada penderita TB yang tidak merokok.1 Chiang menyatakan bahwa merokok tidak ada kaitannya dengan konversi sputum dan kultur setelah 2 bulan pengobatan anti-TB. Uji klinis imunoterapi dalam pengobatan TB menunjukkan bahwa semakin lama waktu untuk konversi antara perokok dibandingkan tidak perokok. Kebiasaan merokok mempengaruhi progresivitas TB paru dan terjadinya fibrosis.Penelitian Shprykor dan Zhadnov di Rusia menyatakan bahwa perokok mempuyai kerusakan jaringan paru yang lebih berat dan lambatnya perbaikan serta perawatan yang lebih lama di rumah sakit. Penelitian di Spanyol menyatakan bahwa perokok lebih mudah terkena TB pada mereka yang kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif.Memahami dampak rokok terhadap TB adalah sangat penting jika kita ingin mengontrol TB. Awal tahun 1900 di Amerika Serikat, mereka yang merokok dianjurkan untuk tidak merok Dibandingkan bukan perokok, perokok

HUBUNGAN TUBERKULOSIS DAN ROKOK Read More »

× Customer Service